Tri Suharto Says : (:....My Lovely Girl.....;)
Kata Pengantar
Segala puji dan syukur saya
panjatkan kepada TUHAN YANG MAHA ESA , karena atas berkat dan limpahan
rahmatnyalah maka saya bisa menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Berikut ini saya sebagai penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan
judul “GAMBARAN KERAJAAN ALLAH” yang menurut saya dapat
memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk mempelajari deskripsi tentang kerajaan allah
Melalui kata pengantar ini saya terlebih
dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada
kekurangan dan ada tulisan yang saya buat kurang tepat .
Dengan ini saya mempersembahkan
makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga Tuhan Yang Maha Esa memberkahi
makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.
Hormat Saya
Hormat Saya
Tri Suharto Sihotang
GAMBARAN KERAJAAN ALLAH PADA JAMAN YESUS
KOMPETENSI
DASAR
Para siswa mengenal Yesus
yang datang untuk mewartakan dan memperjuangkan Kerajaan Allah. Maka, para
siswa diharapkan merasa terpanggil untuk berjuang bersama Yesus.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada
akhir pelajaran, siswa dapat:
1. menganalisis situasi sosial pada zaman
Yesus;
2. menjelaskan paham-paham tentang Kerajaan
Allah pada zaman Yesus;
3. menjelaskan paham Yesus tentang Kerajaan
Allah.
PENDAHULUAN
Enam
abad sebelum kedatangan Yesus, bangsa Israel selalu dijajah oleh bangsa lain,
yaitu bangsa Persia, bangsa Yunani, dan terakhir bangsa Romawi. Selain ditindas
oleh para penjajah tersebut, bangsa Israel juga ditindas oleh pemimpin-pemimpin
sendiri, yaitu raja-raja boneka yang diangkat oleh para penjajah. Dalam situasi
tertindas seperti itu, kerinduan akan datangnya Mesias dan Kerajaan Allah
senantiasa muncul dengan kuat.
Paham
tentang Kerajaan Allah bukan baru muncul pada zaman Yesus, tetapi sudah lama
diimpikan oleh bangsa Israel, terlebih pada saat-saat mereka sangat ditindas.
Dalam situasi tertindas itu, muncullah bermacam-macam paham tentang Kerajaan
Allah.
ARTI "KERAJAAN"
Tuhan Yesus sengaja tidak pernah mendefinisikan secara gamblang apa yang dimaksudkanNya dengan “Kerajaan Allah”. Tetapi, ketika dihadapan Pontius Pilatus, sebagai jawaban ketika Ia dituduh sebagai pemberontak. Tuhan Yesus menjawabnya dengan cermat menyatakan maksudNya bukan untuk memiliki daerah kekuasaan yang bersifat fana didunia ini : "Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini." (Yohanes 18:36).
Tuhan Yesus sengaja tidak pernah mendefinisikan secara gamblang apa yang dimaksudkanNya dengan “Kerajaan Allah”. Tetapi, ketika dihadapan Pontius Pilatus, sebagai jawaban ketika Ia dituduh sebagai pemberontak. Tuhan Yesus menjawabnya dengan cermat menyatakan maksudNya bukan untuk memiliki daerah kekuasaan yang bersifat fana didunia ini : "Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini." (Yohanes 18:36).
PENDALAMAN MATERI
Selama
enam abad sebelum kedatangan Yesus, bangsa Israel selalu dijajah oleh bangsa
lain, yaitu bangsa Persia, bangsa Yunani, dan terakhir bangsa Romawi. Selain
ditindas oleh para penjajah itu, bangsa Israel juga ditindas oleh
pemimpin-pemimpin bangsanya sendiri, yaitu raja-raja boneka yang diangkat oleh
para penjajah.
Dalam situasi tertindas seperti itu, bangsa Israel selalu
memimpikan kedatangan Mesias dan Kerajaan Allah. Untuk mengerti dengan baik
impian bangsa Israel tentang Kerajaan Allah dan pewartaan Yesus tentang
Kerajaan Allah, maka secara berturut-turut kita membahas tentang situasi sosial
masyarakat Yahudi pada waktu itu, paham-pahamnya tentang Kerajaan Allah, dan
pewartaan Yesus tentang Kerajaan Allah.
A. SITUASI SOSIAL BANGSA ISRAEL
1. Situasi Sosial – Politik
Setelah masa pembuangan bangsa Israel di Babilonia, enam abad sebelum Yesus,
Palestina tunduk kepada Kerajaan Persia, Yunani, dan Kekaisaran Romawi. Secara
internal masyarakat Palestina dikuasai oleh raja-raja dan pejabat boneka yang
ditunjuk oleh penguasa Roma. Selain pejabat-pejabat boneka, masih ada kelas
pemilik tanah yang kaya raya dan kaum rohaniwan kelas tinggi yang suka menindas
rakyat demi kepentingan dan kedudukan mereka. Golongan-golongan ini sering
memihak penjajah supaya mereka tidak kehilangan hak istimewa atau nama baik di
depan penjajah, karena Roma mempunyai kekuasaan mencabut hak milik seseorang.
Puncak
kekuasaan politik adalah procurator Yudea. Ia harus seorang Romawi. Ia
berwenang menunjuk raja dan Imam Agung. Di Yudea, Imam Agung berperan di bidang
politik sebagai raja selain sebagai pemimpin agama. Di Galilea kekuasaan
dipegang oleh raja Herodes Antipas.
Dominasi
militer terlihat dengan kehadiran tentara Romawi di mana-mana. Mereka diambil dari
Siria atau Palestina, tetapi tidak dari kalangan Yahudi.
Situasi yang menekan
kadang-kadang tidak tertahankan, sehingga timbul pemberontakan yang umumnya
digerakkan oleh kaum Zelot yang bermarkas di Galilea. Namun, pemberontakan kaum
Zelot ini selalu dapat dipadamkan/ditumpas. Penumpasan kaum pemeberontak
(Zelot) ini biasanya membawa korban nyawa yang tidak sedikit.
2. Situasi Sosio-Ekonomi
Penduduk
desa biasanya hanya memiliki lahan-lahan kecil untuk usaha pertanian. Sebagian
besar tanah dikuasai oleh para tuan tanah yang kaya dan mereka tinggal di
kota-kota. Lahan-lahan luas yang dikuasai oleh para tuan tanah itu digunakan
untuk menanam jagung dan peternakan besar. Para tuan tanah yang tinggal di
kota-kota itu praktis menjadi pengemudi roda ekonomi kota dan perdagangan
internasional. Rakyat kebanyakan biasanya hanya menjadi penggarap tanah (buruh
tani) atau pengembala ternak milik tuan-tuan tanah itu.
Kondisi
ekonomi sebagian besar penduduk (rakyat) hanya pas-pasan, bahkan kurang untuk
mencukupi kebutuhan kelarga karena penghasilan mereka terlalu kecil. Dalam
situasi yang parah seperti itu, rakyat masih dibebani berbagai macam pajak dan
pungutan untuk pemerintah, untuk Bait Allah, dsb. Konon, pajak dan pungutan-pungutan tersebut dapat mencapai 40% dari
penghasilan rakyat.
3. Situasi Sosial – Kemasyarakatan
Masyarakat
Palestina terbagi dalam kelas-kelas. Di daerah pedesaan terdapat kelas-kelas
atau kelompok sosial, yaitu tuan tanah besar, pemilik tanah kecil, perajin,
kaum buruh, dan budak.
Di daerah
perkotaan terdapat beberapa lapisan kelas sosial. Lapisan kelas sosial
tertinggi adalah kaum aristokrat, imam-imam, pedagang-pedagang besar, dan
pejabat-pejabat tinggi. Lapisan kelas sosial menengah bawah adalah para
peerajin, pejabat-pejabat rendah, awam, dan kaum Lewi. Lapisan kelas sosial
paling bawah adalah kaum buruh yang pada umumnya bekerja di sekitar Bait Allah.
Di samping itu,
terdapat juga kaum proletar marginal yang tidak terintegrasi dalam kegiatan
ekonomi, yang terdiri atas orang-orang yang dikucilkan oleh masyarakat karena
suatu hal (bukan karena kondisi ekonomi). Misalnya: para pendosa publik seperti
pelacur dan pemungut bea cukai, penderita kusta yang menurut keyakinan Yahudi
disebabkan oleh dosa si penderita atau dosa orang tuanya.
Menurut orang
Yahudi, dosa itu dapat berjangkit seperti kuman penyakit. Oleh sebab itu, orang
baik-baik tidak boleh bergaul dengan orang-orang berdosa.
Selain adanya
kelompok-kelompok berdasarkan kelas sosial tersebut di atas, terdapat juga berbagai
bentuk diskriminasi, misalnya diskriminasi rasial, seksual, pekerjaan, dan
sebagainya.
4. Situasi Sosio-Religius
Hukum Taurat sangat mewarnai hidup
religius orang-orang Yahudi. Kaum Farisi berusaha menjaga warisan dan jati diri
Yahudi berdasarkan hukum Taurat. Mereka menyoroti ketaatan pada setiap pasal
hukum Taurat. Bagi mereka, menjadi rakyat Tuhan berarti taat pada setiap pasal
hukum Taurat. Mereka berusaha menerapkan hukum Taurat pada setiap segi
kehidupan. Tetapi, mereka sendiri sangat memilih-milih dalam ketaatan mereka.
Menaati hukum Tuhan berarti menaati secara ketat terhadap
setiap pasal hukum Taurat. Orang-orang Farisi gemar memperluas
tuntutan-tuntutan kebersihan yang berlaku untuk para imam bagi seluruh
masyarakat Israel. Mereka menafsirkan dan kadang-kadang memanipulasi hukum
Taurat demi kepentingan mereka sendiri, sehingga sering mendatangkan beban yang
tidak tertahankan bagi rakyat kecil.
Singkatnya, rakyat kebanyakan di Palestina sangat tertindas
pada saat Yesus muncul. Mereka ditindas secara politis, ekonomis, sosial,
bahkan religius.
B. PAHAM-PAHAM TENTANG KERAJAAN ALLAH
Dalam situasi tertindas,
bangsa Israel sangat merindukan kedatangan Mesias dan Kerajaan Allah. Namun,
paham mengenai Kerajaan Allah di kalangan bangsa Israel dipahami secara
berbeda-beda.
1. Paham Kerajaan Allah yang Berciri Nasionalistis
Paham ini dihayati oleh kaum Zelot. Kegiatan mereka bertujuan membebaskan
bangsa Israel dari kuasa politik penjajah kafir. Kaum Zelot berjihad untuk
mengusir kaum kafir. Mereka berharap dengan kebangkitan nasionalisme,
kemenangan bangsa Israel dapat tercapai dan Kerajaan Allah tercipta. Paham ini dihayati sungguh oleh kaum Zelot. Kegiatan mereka
bertujuan membebaskan Israel dari kuasa politik kaum kafir. Kaum Zelot sungguh
berjihad untuk mengusir kaum kafir. Mereka berharap dengan kebangkitan
nasionalisme, kemenangan bangsa Israel dapat tercapai, dan Kerajaan Allah
terbangun.
2. Kerajaan Allah Menurut Pandangan para Apokaliptik
Aliran ini percaya akan datangnya penghakiman Allah, karena dunia ini sudah
jahat dan akan digantikan oleh dunia baru. Dalam dunia baru itu, yang baik akan
dianugerahi kebakaan dan yang jahat akan dihukum.
Menurut pandangan aliran ini, Kerajaan Allah adalah sebuah kenyataan pada
akhir zaman. Dunia ini atau zaman ini sudah terlalu jahat dan jelek. Setelah
zaman yang jahat ini hilang lenyap dibinasakan oleh Allah, maka Kerajaan Allah
akan menjadi kenyataan di bumi baru dan langit baru yang dijadikan Allah. Apokaliptik adalah aliran yang percaya akan datangnya penghakiman
Allah, karena dunia ini sudah jahat dan akan digantikan oleh dunia baru. Dalam
dunia baru itu yang baik akan dianugerahi kebakaan, sedangkan yang jahat akan
dihukum.
Menurut pandangan para Apokaliptik, Kerajaan Allah adalah sebuah kenyataan
terakhir yang akan terjadi pada akhir zaman. Setelah zaman ini hilang lenyap
dibinasakan Allah, “Kerajaan Allah” akan menjadi kenyataan di bumi baru dan
langit baru yang dijadikan Allah.
3. Kerajaan Allah Menurut Pandangan para Rabi
Allah sekarang sudah meraja secara hukum,
sedangkan di akhir zaman Allah menyatakan kekuasaan-Nya sebagai Raja semesta
alam dengan menghakimi dan menyatakan kepada sekalian bangsa. Bangsa Israel
yang dikuasai oleh orang-orang kafir (karena dijajah oleh bangsa Romawi yang
dianggap kafir) merupakan akibat dari dosa-dosanya. Jika bangsa Israel
melakukan hukum Taurat, maka penjajah akan dipatahkan. Karena itu, mereka yang
sekarang taat pada hukum Taurat sudah menjadi warga Kerajaan Allah. Tetapi, jika
tidak melakukan hukum Taurat, maka banagsa Israel akan terus dijajah dan
diperintah oleh kaum kafir. Menurut pandangan para rabi, Allah sekarang sudah meraja secara
hukum, sedangkan di akhir zaman Allah akan secara nyata menyatakan
kekuasaan-Nya sebagai Raja semesta alam dengan menghakimi dan menyatakannya
kepada sekalian bangsa. Kenyataan bahwa bangsa Israel kini dikuasai oleh
orang-orang kafir (sebab pada masa Yesus bangsa Yahudi dijajah oleh bangsa
Romawi yang dianggap sebagai bangsa kafir) merupakan akibat dari dosa-dosanya.
Namun, jika Israel melakukan hukum Taurat, maka penjajah akan dipatahkan.
Karena itu, mereka yang sekarang taat pada hukum Taurat sudah menjadi warga
Kerajaan Allah. Tetapi jika Israel tidak melakukan hukum Taurat, maka Israel
akan terus dijajah dan diperintah oleh kaum kafir.
Paham Yesus tentang
Kerajaan Allah lebih mirip dengan paham para rabi. Kerajaan Allah mulai
merekah, terutama dalam diri Yesus, dan akan mencapai kepenuhannya pada akhir
zaman. Untuk menyambut Kerajaan Allah orang harus bertobat dan percaya pada
Injil (lih. Mrk 1: 14-15).
www.trisuhartosihotang.com
|
C. KERAJAAN ALLAH YANG DIWARTAKAN YESUS
Kerajaan Allah yang diwartakan OLEH Yesus lebih mirip dengan pandangan para
rabi dan para nabi. Allah mulai meraja, terutama dalam diri Yesus, dan akan
mencapai kepenuhan-Nya pada akhir zaman. Ketika Yesus berkeliling di Palestina
untuk mewartakan Kabar Baik dan melakukan berbagai perbuatan baik, termasuk
mukjizat-mukjizat-Nya, menjadi nyata bahwa Kerajaan Allah sebenarnya mulai
dibangun di tengah umat yang percaya.
Kerajaan Allah yang diwartakan oleh Yesus secara singkat dapat dikatakan
sebagai berikut:
· Kerajaan
Allah adalah Allah yang meraja atau memerintah. Oleh karena itu, manusia harus
mengakui kekuasaan Allah dan menyerahkan diri (percaya) kepada-Nya, sehingga
terciptalah kebenaran, keadilan, kesejahteraan, dan kedamaian.
· Kerajaan
Allah yang diwartakan oleh Yesus akan mencapai kepenuhannya pada akhir zaman.
Di akhir zaman itulah, Allah benar-benar akan meraja. Dalam rangka ini,
Kerajaan Allah terkait dengan penghakiman terakhir dan ukuran penghakiman
adalah tindakan kasih. Mereka yang melaksanakan tindakan kasih masuk ke dalam
Kerajaan Allah (bdk. Mat 25: 31-45).
· Kerajaan
Allah yang mencapai kepenuhannya pada akhir zaman itu kini sudah dekat, bahkan
sudah datang dalam sabda dan karya Yesus. Oleh karena itu, orang harus
menanggapinya dengan bertobat dan percaya kepada warta yang dibawa oleh Yesus.
· Kerajaan
Allah adalah kabar mengenai masa depan dunia, di mana yang miskin tidak lagi
miskin, yang lapar akan dipuaskan, yang tertindas tidak akan menderita lagi,
yang tertawan akan dibebaskan. Namun, untuk mencapai masa depan yang demikian
perlu perjuangan. Itulah sebabnya, Yesus terus-menerus berjuang supaya hal itu
benar-benar terwujud. Selama hidup-Nya Yesus terus-menerus berjuang supaya hal
itu benar-benar terwujud. Seluruh hidup Yesus sampai Ia mengorbankan hidup-Nya
di kayu salib adalah untuk mewujudkan Kerajaan Allah, sehingga orang
benar-benar mengalami damai sejahtera, sukacita, keadilan, dan kebenaran.
Perjuangan Yesus itu belum· selesai, Yesus memberi tugas kepada para
pengikut-Nya untuk melanjutkan perjuangan itu, agar Allah sungguh-sungguh
meraja.
BY : Tri Suharto D. Sihotang